Selasa, 10 April 2012

SMPN 6 NEGARA

Gali Potensi Murid lewat
 “Selaksa Sadpena I”

Kami poetra dan poetri Indonesia Mengjoenjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia. Itulah bunyi ikrar ketiga dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 yang menjadi dasar penetapan sebagai Bulan Bahasa Indonesia. Ikrar dalam momentum bersejarah bagi Bangsa Indonesia itu wajib diperingati kembali. Sebagaimana halnya pada keluarga besar SMPN 6 Negara, peringatan Sumpah Pemuda yang direfleksikan dengan pesta sastra dan seni  pada Jumat, 28 Oktober 2011 dengan bandrol “Selaksa Sadpena I” atau Sehari dalam Kubah Sastra SMPN 6 Negara.

Acara “Selaksa Sadpena I” yang digelar kali pertama itu difokuskan selama sehari penuh dengan menyelenggarakan beraneka ragam kompetisi, seperti lomba baca puisi, lomba baca cerpen, lomba baca UUD 1945, lomba melukis, dan lomba majalah dinding. Kegiatan lomba yang berlangsung dari jam 08.00–12.00 wita wajib diikuti oleh masing-masing kelas dengan menunjuk dua orang perwakilan. Menurut Ketua Panitia Pelaksana I Ketut Diasa, S.Pd, murid-murid cukup terlihat matang dalam mempersiapkan diri ketika menghadapi lomba. Diasa juga tidak menyangka kalau murid-murid bisa lebih kreatif dalam menyajikan informasi pada mading mereka, lukisannya indah, pembacaan puisi dan cerpen yang cukup pantas diancungkan jempol.

Setelah kompetisi seru itu usai, acara dirakit lagi dengan memberi ruang publikasi khusus atas alhasil dari krestivitas peserta lomba mading dan pameran lukisan pada puncak acara Selaksa Sadpena I. Secara bersamaan pula juga ditampilkan parade baca puisi dari kalangan siswa dan dua orang guru bernama Gde Joni Iin Wahyudi dan Dimas Bumi Semesta, parade baca cerpen, spontanitas dari anak-anak SMPN 6 Negara, dan dimeriahkan oleh musikalisasi puisi Solagracia SMAN 1 Negara sebagai bintang tamunya.

Kendati acara yang digebrak di panggung terbuka itu dirancang dalam konsep yang sederhana, namun sensasional yang tercipta sungguh luar biasa. Dapat dibaca dari antusiasme seluruh warga SMPN 6 Negara yang membara di kalangan nyiur halaman sekolahnya. Ekspresi riang gembira, bersorak-sorai dan segala bentuk suka cita pun dilebur hingga senja hari. “Acara ini merupakan bagian dari program bidang kesiswaan yang dimaknai sebagai ajang apresiasi untuk menggali segenap potensi yang dimiliki murid di sekolah yang baru berdiri setahun yang lalu ini, khususnya dalam bidang sastra dan seni. Soal kekurangan atau pun keistimewaan acara ini tentu akan menjadi tonggak untuk melaksanakan acara serupa pada tahun mendatang. Selamat dan sukses “Selaksa Sadpena I” 2011”, ungkap I Komang Tirta, S.Pd., M.Pd selaku kepala SMPN 6 Negara sembari menutup acara.

Dan, selamat pula pada nama-nama berikut yang berhak atas hadiah berupa buku bacaan, yang di antaranya ada antologi puisi, kumpulan cerpen atau pun novel. Juara 1,2,3, dan juara harapan Lomba Baca Puisi jatuh di tangan  Dwi Maulidah VII D, Linda Wahyu Lestari VIII A, Sugitarini VII A, dan Dinda Agustin VII D. Juara 1,2, 3, dan harapan Lomba Baca Cerpen diraih Nisma Ulfiana VIII E, M. Imanuddin VII B, Tina Dwi Astuti VIII E, dan Elsa Eka Damayanti VII A. Juara 1,2,3 dan harapan Lomba Baca UUD 1945 jatuh di tangan Nadyahturrahma VIII E, Maulidah VIII E, Juaedi Wibowo VIII B, dan I Putu Wiarsa VII B. Juara 1,2,3, dan harapan  Lomba Seni Lukis direngkuh oleh Nata Wijaya VII E, I Kadek Arsana VIII A, Suka Astawa VII E, dan I Putu Wiguna VIII A. Juara 1,2,3 dan harapan Lomba Majalah dinding disabet oleh Zidac Crew VIII C, Sadpena VII D , Sadpena VII E, dan Sadpena Harapan Kita VII B. Yuli Astari


Kegiatan meramu tanaman herbal
SMP SWASTIKA KARYA NEGARA
Duta Jembrana Lomba KSPAN Provinsi Bali
 Punya ASPETRI

Usai mewakili Jembrana dalam Lomba Pramuka tingkat Provinsi Bali, SMP Swastika Karya juga dipercaya menjadi duta Lomba Kelompok Siswa Peduli AIDS dan Narkotika (KSPAN) pada tingkat yang sama di tahun ini. Kepercayaan yang berlipat ganda ini merupakan tonggak awal bagi kemajuan sekolah swasta di Jembrana yang satu ini dan bukti kesanggupan dalam menghadapi lomba KSPAN telah ditunjukkan SMP Swastika Karya kepada Tim Penilai KSPAN dari Provinsi Bali pada Sabtu, 15 Oktober lalu. Oleh karenanya pihak sekolah merasa bangga bukan hanya karena diberikan kepercayaan kali pertama mewakili Jembrana pada ajang ini, namun bangga jua lantaran tim penilai dari Provinsi Bali memborong ramuan obat buatan KSPAN SMP Swastika Karya.

“Sebagai sekolah swasta di Jembrana, kami cukup merasa bangga telah ditunjuk untuk mewakili Kabupaten Jembrana baik dalam lomba Pramuka maupun KSPAN. Dalam lomba KSPAN, kami sangat senang ketika tim penilai dari provinsi antusias membeli ramuan obat yang kami ramu dari tanaman obat-obatan yang tumbuh di areal sekolah ini. Sayangnya persediaannya terbatas, jadi tim penilai hanya kebagian dua botol minyak semanggi gunung dan dua botol minyak lidah mertua. Masing-masing botol itu (biasanya ) kami jual seharga 20.000 rupiah kepada Tim penilai ,”ungkap Ni Ketut Winarini,S.Pd selaku kepala sekolah yang baru diangkat per Oktober lalu ketika diwawancarai beberapa hari setelah lomba KSPANdigelar. Tak hanya tim penilai saja, tanaman obat-obatan ini pun kerap kali dimanfaatkan warga sekitar, siswa-siswi di SMP Swastika Karya ini dalam proses penyembuhan luka-luka ringan dan lain sebagainya.

Patut diancungkan jempol. Sebab, sekolah yang memiliki luas lahan 3150 meter persegi ini memiliki keunikan yang jarang ditemukan di sekolah lain, dimana 500 jenis tanaman obat-obatan seolah-olah membingkai apik halaman sekolah. Bahkan, tersebar di setiap sudut sekolah dengan tinggi rata-rata sepinggang orang dewasa. Program unggulan terkait pemeliharaan tanaman obat tradisional Indonesia semacam ini diusung dengan nama ASPETRI atau Asosiasi Pengobatan Tradisional Ramuan Indonesia.

Untuk sekedar diketahui bahwa KSPAN SMP Swastika Karya yang terbentuk tahun 2007 dibawah besutan Kade Sri Hariani selaku pembina ekstrakurikuler yang telah melakukan studi banding dan peninjauan Yayasan Media Informasi Tanaman Obat Indonesia ini, pernah merengkuh juara III dalam lomba KSPAN tingkat kabupaten 2008 lalu. Selain itu, KSPAN yang terdiri dari 40 anggota saat ini, telah berhasil mengantongi penghargaan dalam kegiatan survey nasional perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba pada kelompok pelajar dan mahasiswa di Indonesia tahun 2011 dari Kepala bidang Penelitian dan pengembangan Puslitdatin BNN RI dan pusat penelitian kesehatan Universitas Indonesia.

Pihak sekolah berharap semoga KSPAN di sekolah swasta ini lebih maju dalam menggali wawasan dan lebih berdenyut di masa mendatang. Maka dari itu, menurut Winarini, perlu kiranya melakukan evaluasi terutama pada lokasi sekretariat KSPAN yang selama ini masih berpadu dengan dapur KSPAN agar dapat diposisikan secara terpisah dan nampak lebih tertata rapi dan bersih. Sehingga, tahun depan dapat dipercaya lagi sebagai duta KSPAN tidak hanya mewakili Jembrana tapi Bali sekalipun. Yuli Astari





Kamis, 08 Maret 2012

Lomba Perpustakaan Sekolah SMA Negeri Kabupaten/Kota Se-Bali Tahun 2010

Salah satu indikator yang dipercaya berpengaruh pada tingkat keberhasilan suatu pendidikan adalah keberadaan perpustakan. Sebab, perpustakaan adalah lautan referensi ilmu. “Perpustakaan adalah nafas kehidupan kita di era globalisasi, serta nafas kita menjadi sarjana,” demikian Kepala Kantor Perpustakaan, Arsip, dan Dokumentasi Kabupaten Jembrana, Drs. I Gusti Ngurah Suprayoga K, yang juga menjadi pembicara kedua dalam kegiatan lomba perpustakaan tingkat SMA Negeri Kabupaten/Kota se-Bali yang diselenggarakan Badan Perpustakaan dan Arsip Propinsi Bali, Rabu (9/6) lalu di ruang perpustakaan SMA Negeri 1 Negara.

Berbicara tentang perpustakaan, Suprayoga menyadari jika keberadaan Perpustakaan Daerah Kabupaten Jembrana tergolong muda di antara perpustakaan yang ada di Propinsi Bali. “Umur kantor perpustakaan daerah di sini sebetulnya paling muda di antara kantor-kantor perpustakaan yang ada di Propinsi Bali, termasuk juga lebih muda dari perpustakaan sekolah (SMA) tertua di Jembrana. Kami juga pernah lalai. Oleh karena itu, mulai Maret 2009 lalu kantor ini dinamai Kantor Perpustakaan, Arsip, dan Dokumentasi Kabupaten Jembrana. Dan tidak lupa ada plus-nya karena kantor kami sudah lengkap dengan PDE atau Pengolahan Data Elektronik,” paparnya.

Selain itu ia mengungkapkan, sejak dulu Kabupaten Jembrana memiliki mimpi untuk mewujudkan e-Library dengan kemudahan mengakses buku lewat internet. Ia juga berharap kantor perpustakaan tersebut bisa mewakili Bali di tingkat nasional nantinya.

Ketua tim penilai Albiner Silaen menjelaskan, seiring kemajuan teknologi, sudah banyak perpustakaan yang memanfaatkan kecanggihannya. Baik itu perpustakaan propinsi, perpustakaan kabupaten/kota, hingga perpustakaan sekolah. Hal ini bukan semata-semata untuk memudahkan akses informasi saja, tapi juga untuk menghindari predikat gagap teknologi.

Albiner juga memandang campur tangan pemerintah di dalam upaya meningkatkan budaya baca di kalangan masyarakat cukup menggembirakan. Hal ini tercermin dari dilaksanakannya perpustakaan keliling hingga ke pelosok desa, gerakan membaca yang digelar setiap 14 September terkait Hari Kunjung Perpustakaan di Bali, serta HUT Perpustakaan Nasional pada 17 Mei. “Mudah-mudahan dengan semakin majunya perpustakaan, budaya baca masyarakat juga semakin meningkat dan dapat menuntaskan buta aksara,” ucapnya.

Di luar itu, pemerintah juga tengah gencar mengadakan pelatihan diklat dan perekrutan pustakawan di Bali. Hal ini menjadi angin segar mengingat saat ini saat ini belum ada pengelola perpustakaan yang memadai.

Di sisi lain, gedung perpustakaan SMA Negeri 1 Negara belumlah representatif. Kendati demikian, jumlah buku di perpustakaan tersebut dapat dikatakan cukup memadai. Demikian pula dengan intensitas pengunjung perpustakaan cukup tinggi. “Di sini tidak lagi menggunakan sistem manual, tetapi sudah memakai kartu JSS (Jimbarwana Smart School). Belum lama ini, kami juga melaksanakan peningkatan kualitas kompetensi tenaga perpustakaan dalam hal peningkatan mutu,” tutur Kepala SMA Negeri 1 Negara, Drs. I Putu Ardika, M.Pd.

SMA Negeri 1 Negara bukanlah satu-satunya sekolah dari Kabupaten Jembrana yang turut dalam lomba tersebut. SMA Negeri 1 Pekutatan juga menjadi wakil Jembrana setelah telah lolos dalam tahap pembinaan dari Pemkab Jembrana. Di hari-hari sebelumnya, pihak penyelenggara telah mengadakan evaluasi di beberapa perpustakaan sekolah tingkat SMA di beberapa kabupaten. Kodya Denpasar diwakili SMA Negeri 5 Denpasar dan SMA Negeri 7 Denpasar. Sedangkan Kabupaten Badung diwakili SMA Negeri 1 Petang dan SMA Negeri 2 Mengwi. Perpustakan besutan SMA Negeri 1 Kediri dan SMA Negeri 1 Selemadeg menjadi perwakilan Kabupaten Tabanan. Setelah di Jembrana, beberapa kabupaten lainnya juga akan dievaluasi oleh tim penilai, seperti Kabupaten Buleleng diwakili SMA Negeri 1 Busungbiu dan SMA Negeri 1 Banjar; Karangasem yang diwakili perpustakan yang bernaung di SMA Negeri 1 Amlpura dan SMA Negeri 2 Semarapura; Kabupaten Gianyar yang diwakili SMA Negeri 1 Gianyar dan SMA Negeri Negeri 1 Ubud; dan SMA Negeri 2 Bangli dan SMA Negeri 1 Susut yang mewakili Kabupaten Bangli.

Teks & Foto: Yuli Astari
Diposkan oleh bali bicara di 11:47
Label: DINAMIKA

J-SMART SCHOOL BELUM OPTIMAL




MENGOPTIMALKAN ESTETIKA LINGKUNGAN DAN MEMUPUK KEDISIPLINAN MURID

Barangkali sebagian besar masyarakat Jembrana belum mengetahui program J-Smart School (JSS). Jangankan mereka yang tidak bersekolah, beberapa siswa- siswi bahkan sejumlah guru pun masih bingung menjawab ketika ditanya apa itu JSS dan apa saja fungsinya. Ironi memang.

JSS adalah istilah J-ID dalam bidang pendidikan yang dapat digunakan siswa SMP dan SMA di sekolah maupun di luar sekolah. Kartu tersebut memiliki banyak fungsi. Di sekolah, JSS dapat digunakan sebagai kartu absen di kelas, kunjungan di perpustakaan, akses informasi akademik dan kartu debet di kantin sekolah. Untuk di luar sekolah JSS dapat digunakan sebagai kartu identitas untuk pelayanan kesehatan di puskesmas, rumah sakit maupun dokter praktek swasta, dan sedang diupayakan sebagai kartu diskon di beberapa merchant.

Dalam ruang lingkup sekolah, ada lima sekolah di Jembrana yang sudah mengaktifkan program JSS, seperti SMAN 1 Negara, SMAN 2 Negara, SMKN 3 Negara, SMPN 1 Negara dan SMPN 4 Mendoyo. Keaktifan dalam penggunaan program ini muncul saat pertama kali disosialisasikan. Namun, belakangan ini program kebanggaan pemerintah Jembrana ini seolah-olah mati suri. Penerapannya dinilai belum optimal alias masih jalan di tempat.

Misalnya saja program absensi JSS di SMAN 1 Negara. Meski dalam kurun waktu sekitar satu tahun lamanya setelah program JSS resmi digunakan, SMA terfavorit di Jembrana ini sama sekali belum mengaktifkan program ini untuk absensi kehadiran siswa dan guru, baik di ruang kelas, perpustakaan, maupun di UKS. Parahnya, beberapa komputer perangkat pendukung program ini sering kali dipergunakan untuk mengaplikasikan game, sampai ada beberapa komputer yang tidak dapat berfungsi lagi.

Dari pantauan Bali Bicara, ada hal menggelikan yang terjadi menjelang Lomba Perpustakaan Sekolah SMA Negeri Kabupaten / Kota se-Bali. Perangkat komputer pendukung JSS barulah diperlihatkan ke permukaan, seolah-olah absensi dengan kartu JSS itu sudah dijalankan. Padahal pada kenyataannya, absensi pengunjung perpustakaan masih dijalankan dengan sistem manual. Sementara, untuk kantin JSS sudah mulai diberlakukan di sekolah ini. “Meskipun program JSS sudah berjalan di sekolah ini, tapi itu belumlah optimal,”ujar Wakasek Urusan Kesiswaan SMAN 1 Negara, I Ketut Darmada, S.Pd., dalam suatu kesempatan.

Pengakuan lainnya muncul dari salah satu alumni SMAN 2 Negara. ”Kartu JSS sudah difungsikan sebagaimana mestinya untuk absensi siswa dan dilakukan secara efektif. Untuk kelas XII yang baru tamat ini, saldo sebesar Rp. 50.000,- dikembalikan lagi, sementara kartu dibawa masing-masing. Untuk sementara ini, kantin JSS belum ada di sekolah saya,” ujar narasumber yang enggan disebutkan namanya ini.

Beda dengan hal yang diungkapkan oleh Ayu Rista, siswi SMKN 3 Negara, ketika ditemui juga dalam sebuah kesempatan beberapa hari yang lalu. Saldo dalam kartu tersebut justru ditarik sebelum tamat SMA. ”Program JSS belakangan ini tiba-tiba macet. Dalam hal absensi maupun penerapannya di kantin juga belum diberlakukan efektif. Hanya perangkat komputernya saja yang ada. Sementara karena macet, saldo dalam kartu J-ID ini dikembalikan kepada siswa sebesar Rp. 30.000.-,” ujarnya.

”Setahu saya penerapan program JSS untuk absensi di sekolah sudah efektif, tapi di kantin belum jalan sama sekali. Hal itu mengingat ada beberapa kendala yang dihadapi seperti kartunya yang rusak dan gak bisa dipakai. Namun, tidak lama kemudian kartu JSS itu diperbaiki oleh kakak-kakak dari STITNA (pembuat program-red). Memperbaikinya pun perlu menyerahkan kartu keluarga lagi,” ujar Ni Made Payas Pradnya Utami, seorang alumni SMPN 4 Mendoyo.

Boleh dikata, untuk kantin sekolah yang dalam hal ini diusung dengan nama ”kantin kejujuran”, SMPN 1 Negara terlihat sudah berjalan dengan baik melaksanakan program tersebut. ”Kalau di sini sudah cukup berjalan dengan baik. Belanja di sini rata-rata sudah banyak yang menggunakan kartu debet J-ID. Bagi siswa yang belanja tidak menggunakan kartu, disarankan agar menggunakan uang pas. Kalau tidak bawa uang pas, ya harus ditukarkan terlebih dahulu di koperasi siswa. Begitu pula dalam mengisi saldo harus melalui koperasi sekolah. Dan uang pas itu lalu dimasukkan sendiri dalam sebuah kotak yang sudah tersedia di kantin. Namanya saja ‘kantin kejujuran’, jadi harus jujur. Tapi kami selaku OSIS tetaplah berjaga-jaga guna mengantisipasi apabila ada tangan jahil di kantin,” jelas Nanda Pebri Prasetia, Ketua OSIS SMPN 1 Negara.

Kendala JSS
Dalam hal absensi kehadiran siswa di SMP 1 Negara juga terhadang beberapa kendala. Berkaitan hal tersebut, Kepala SMPN 1 Negara I Ketut Budiarsa, S.Pd. memaparkan bahwa ada beberapa kendala yang dijumpai selama ini. ”Pertama, kelemahan pada sistem. Sering kali program JSS itu mengalami trouble. Artinya, pada saat serentak mengaktifkan komputer menggunakan kartu absensi JSS di kelas, tak jarang server-nya hank. Selain itu, sumber daya listrik kami di sini masih lemah. Para siswa di sini juga kurang bisa merawat kartu J-ID (nama kartu untuk siswa SMP-red) itu dengan baik. Sehingga, cenderung rusak dan perlu perbaikan. Masalah perbaikannya, kami sudah menghubungi tenaga pembuat program di STITNA. Kemudian dalam hal pengawasan, guru-guru pada saat jam pelajaran juga kurang mengarahkan.”

Ketut Budiarsa juga memandang bahwa program JSS belumlah sepenuhnya optimal dalam pelaksaannya.”Sistem IT tidak bisa direkayasa. Kami bersyukur adanya program tersebut. Sebab datanya sangat akurat. Pemkab sesungguhnya sudah melakukan trobosan yang bagus dalam dunia pendidikan itu terutama dalam konteks IT. Apalagi sudah menggelar pameran IT. Namun sangat disayangkan dalam hal pelaksanaan dan pengawasannya yang sangat kurang. Guru-guru juga sepertinya kurang rajin mengontrol apalagi mengarahkannya. Siswa pun juga begitu, kesadarannya kurang. Kalau kita menyalahkan pemerintah, saya kira itu keliru. Sebab, dalam hal optimalisasi perlulah kesadaran dan kebersamaan pihak yang bersangkutan,” sambungnya.

Program pemerintah J-ID ini mestinya mendapat dukungan dari segala pihak, terutama pihak sekolah sebagai penyelenggara. Namun, pihak pemerintah yang dalam hal ini sebagai pilot project mestinya memantau perkembangan pelaksanaan program ini. Mari tengok kembali program JSS itu ke lapangan!

Teks & Foto: Yuli Astari
Diposkan oleh bali bicara di 11:58

PEMERINTAH GELAR PAMERAN BUKU, IT DAN FURNITURE




MEMBERI PEMAHAMAN SEPUTAR ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Beragam ilmu pengetahuan dan kecanggihan teknologi senantiasa berjalan dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karenanya, pemerintah tak hanya sekadar mengingatkan kepada masyarakat dalam hal penguasaan teknologi. Lebih dari itu, dalam hal penerapannya, Pemkab Jembrana melakukan suatu terobosan baru dengan menggelar pameran buku, IT dan teknologi di Jimbarwana Tower, mulai 19 Juni 2010.

“Ada pepatah yang mengatakan, jika ingin menguasai suatu bangsa kuasailah bahasanya. Dan, jika ingin menguasai bahasa kuasailah informasinya. Sehubungan dengan hal itu, kami sosialisasikan buku-buku dari beberapa penerbit, IT (information technology), maupun furniture kepada seluruh masyarakat Jembrana. Ingat, IT bukan slogan, melainkan pendorong untuk mensejahterakan masyarakat Kabupaten Jembrana,” sambut Prof. Winasa dalam pembukaan pameran.

Sebelum sambutan oleh Bupati Jembrana, Made Sudantra selaku ketua panitia penyelenggara lebih dulu mengatakan bahwa pameran ini digelar atas dasar betapa pentingnya teknologi dan informasi dalam kehidupan masyarakat. Kegiatan ini juga tidak terlepas dengan tujuan memberikan pemahaman kepada masyarakat Jembrana seputar kemajuan IT dan sumber informasi dari buku-buku. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa untuk mengetahui dunia, kita perlu membaca buku dan untuk menguasai dunia kita perlu menulis buku.

Dalam pameran ini berbagai keunggulan IT didemonstrasikan, salah satunya adalah TV digital. Bupati Jembrana mengatakan bahwa belum ada UU yang mengatur tentang TV digital, namun pihaknya telah mendapat izin dari BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) Pusat untuk uji coba selama setahun ke depan. Masyarakat dapat mengakses siaran TV digital ini cukup dengan menggunakan TV biasa, namun perlu ditambah komponen lain, yaitu set top box, seharga kurang lebih Rp. 200.000,-. Tidak cukup sampai di situ, dalam pameran ini juga disediakan fasilitas internet gratis dan free full hotspot bagi para pengunjung, serta diadakannya pegenalan sistem e-voting, dan JSS yang sudah mulai jalan di Jembrana.

Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Jembrana I Komang Wiasa juga menjelaskan tentang education SMS broadcast yang sudah diterapkan dalam beberapa sekolah di Jembrana, yang meliputi SMA 1 Negara, SMA 2 Negara, SMK 3 Negara, SMP 1 Jembrana dan SMP 4 Mendoyo. Melalui sistem ini, orangtua siswa dapat mengetahui perkembangan anaknya selama di sekolah. Cukup dengan mengirimkan SMS ke nomor 4555, orangtua siswa dapat mengetahui nilai ujian hingga absensi kehadiran siswa.

Komentar Para Pengunjung dan Beberapa Penjaga Stand
Beberapa peserta pameran menyambut baik pameran ini, karena di samping dapat memperkenalkan berbagai produknya pada masyarakat Jembrana, fasilitas juga diberikan secara cuma-cuma. “Kami ingin memanfaatkan peluang agar buku-buku yang kami terbitkan bisa dijangkau oleh masyarakat luas. Karena selama ini buku-buku kami kalah saing dengan penerbit buku yang namanya sudah meroket. Selain itu pula, pameran ini adalah yang pertama kami ikuti selama satu tahun berada di Bali (Denpasar),”ungkap Rudi Hendarto, staf marketing PT. Lentera Abadi, salah satu peserta pameran buku.

“Saya berharap buku-buku tidak hanya dipamerkan. Alangkah baiknya jika pemerintah menyediakan toko buku besar layaknya Gramedia di Denpasar. Sebab, selama ini saya kesulitan dalam mengakses buku-buku di daerah sini, kalau tidak pergi ke Denpasar. Sayangnya juga kalau perpustakaan daerah itu terlalu ribet dengan administrasi dan buku-buku kurang terjangkau,” ungkap Irene Ika Kusuma Yunita, salah seorang pengunjung. Wahyu/Yuli/Bali Bicara

LOMBA KORDING DAN PELATIHAN BLOG TINGKAT SMA/SMK SE-BALI PERS AKADEMIKA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR



MERANGSANG KEMBALI GAIRAH JURNALISTIK PELAJAR
Terampil dalam dunia jurnalistik adalah suatu skill yang sangat diperhitungkan dalam dunia kerja. Fakta menyebutkan bahwa di belahan dunia mana pun saat ini jurnalistik betul-betul mengambil peran dalam kehidupan multidimensional. Tak ayal pula, seorang yang berkiprah dalam dunia jurnalistik berperan sebagai jembatan atas arus informasi global.

Berangkat dari pandangan-pandangan tersebut, tak heran jika sejumlah pelajar SMA/SMK se-Bali aktif untuk mengasah minat dan bakatnya terhadap dunia jurnalistik dalam Lomba Kording dan Pelatihan Blog Tingkat SMA/SMK Se-Bali, yang diselenggarakan Pers Akademika Universitas Udayana Denpasar, bekerja sama dengan BBC (Bali Bloggers Community) dan Sloka. Sebanyak 148 pelajar SMA/SMK terlibat dalam kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka memperingati HUT Pers Akademika ini. Menurut panitia penyelenggara, salah satu tujuan kegiatan ini adalah untuk merangsang kembali gairah jurnalistik di kalangan pelajar.

Sebelumnya, perlombaan diselenggarakan di tingkat kabupaten. Peserta yang meraih peringkat satu, dua dan tiga di tingkat kabupaten berhak mengikuti lomba di tingkat provinsi di atas. Lomba ini mengangkat tema “Ujian Nasional, Eksperimen Pemerintah terhadap Pendidikan”. Dalam hal ini panitia melibatkan lima tokoh sebagai narasumber, yaitu Drs. Ida Bagus Merta M.Pd., selaku Kepala Bidang Pengkajian Peningkatan Mutu Pendidik dan Pendidikan Provinsi Bali, I.G.A. Diah Fridari, S.Pi, M. Psi, seorang psikolog, I Gusti Ngurah Arjana, guru kimia sekaligus sebagai Wakasek Kurikulum SMAN 2 Denpasar, Ni Luh Jaya Anggreni, siswa SMAN 1 Denpasar peraih juara II Lomba Karya Ilmiah Tingkat Nasional, dan terakhir seorang pengawas independen ujian nasional.

Semua para paserta terlihat bergairah ketika hunting berita. Tak ada yang loyo meskipun ada beberapa perut yang masih keroncongan. Bentuk kording yang dirancang pun serba unik. Ada yang berbentuk menyerupai logo Tut Wuri Handayani yang dibalut dengan kapas dan pernak-pernik rumah omang-omang dan jenis kacang-kacangan. Ada pula kording yang dibalut dengan dedaunan kering. Bahkan ada yang ditopang dengan sepeda bekas tempo doeloe. Ada yang berbentuk laptop raksasa, yang dipajang di atas kerdus yang dipercantik dengan kain prada, dan masih banyak lagi.

“Dibandingkan tahun lalu, ide-ide kreatif dari peserta lomba tahun ini justru lebih tinggi. Tahun lalu tidak ada proses penyaringan tim di wilayah kabupaten. Sedangkan tahun ini panitia merekrut peserta terbaik dari masing-masing kabupaten. Memang peserta pilihan. Sehingga sekarang baru dapat gregetnya dan mereka tampak benar-benar bersaing setengah mati saat ini. Hasilnya pun memuaskan,” jelas I Made Angga Prayoga, salah seorang panitia lomba.

Saat menunggu pengumuman hasil lomba, panitia menyajikan hiburan selingan seperti pembacaan puisi dan kolaborasi musik dari mahasiswa setempat. Ada pula permainan anjang sana, di mana para peserta wajib saling mengenal termasuk menghafal nama-nama teman yang berasal dari sekolah lain. Setelah itu tim BBC dan Sloka pun turut mengisi ruang kegembiraan para peserta dengan kegiatan pelatihan blog.

Dari tujuh rubrik yang dilombakan beberapa sekolah ditetapkan sebagai peraih masing-masing rubrik terbaik. Untuk wawancara telanjang diraih oleh SMAN 2 Smarapura. Laporan utama terbaik diraih SMAN 1 Singaraja. Profil terbaik jatuh di tangan SMAN 1 Kediri. Resensi terbaik dimenangkan oleh SMAN 3 Denpasar. Tajuk rencana terbaik disabet oleh SMAN 2 Smarapura. Artikel terbaik diraih oleh SMAN 4 Singaraja. Kemudian artistik terbaik diduduki oleh SMAN 1 Melaya.

Kemudian, secara totalitasnya dewan juri menetapkan peringkat 1 diberikan kepada SMAN 3 Denpasar (ELJ3KA), peringkat 2 adalah SMAN 4 Denpasar (CITRA), peringkat 3 adalah SMAN 1 Melaya (ROMANSA), harapan 1 adalah SMAN 1 Negara (COLIBRI), harapan 2 SMAN 1 Singaraja (GRAWN), harapan 3 SMAN 2 Smarapura (Smart Time), peringkat 7 SMAN 1 Sukawati (SUKSMA), peringkat 8 SMAN 1 Smarapura (KOREKS), peringkat 9 SMAN 6 Denpasar (Chandra Bhuana), peringkat 10 SMAN 4 Singaraja (Kharisma), peringkat 11 SMAN 1 Payangan (Prabaswara), peringkat 12 SMAK Soverdi (Soverdi Global), peringkat 13: SMAN 1 Tabanan (Tenar), peringkat 14 SMAN 1 Kediri (BAKTA), dan peringkat 15 SMAN 1 Penebel (Widya Stana).balibicara / yuli astari