Kamis, 08 Maret 2012

J-SMART SCHOOL BELUM OPTIMAL




MENGOPTIMALKAN ESTETIKA LINGKUNGAN DAN MEMUPUK KEDISIPLINAN MURID

Barangkali sebagian besar masyarakat Jembrana belum mengetahui program J-Smart School (JSS). Jangankan mereka yang tidak bersekolah, beberapa siswa- siswi bahkan sejumlah guru pun masih bingung menjawab ketika ditanya apa itu JSS dan apa saja fungsinya. Ironi memang.

JSS adalah istilah J-ID dalam bidang pendidikan yang dapat digunakan siswa SMP dan SMA di sekolah maupun di luar sekolah. Kartu tersebut memiliki banyak fungsi. Di sekolah, JSS dapat digunakan sebagai kartu absen di kelas, kunjungan di perpustakaan, akses informasi akademik dan kartu debet di kantin sekolah. Untuk di luar sekolah JSS dapat digunakan sebagai kartu identitas untuk pelayanan kesehatan di puskesmas, rumah sakit maupun dokter praktek swasta, dan sedang diupayakan sebagai kartu diskon di beberapa merchant.

Dalam ruang lingkup sekolah, ada lima sekolah di Jembrana yang sudah mengaktifkan program JSS, seperti SMAN 1 Negara, SMAN 2 Negara, SMKN 3 Negara, SMPN 1 Negara dan SMPN 4 Mendoyo. Keaktifan dalam penggunaan program ini muncul saat pertama kali disosialisasikan. Namun, belakangan ini program kebanggaan pemerintah Jembrana ini seolah-olah mati suri. Penerapannya dinilai belum optimal alias masih jalan di tempat.

Misalnya saja program absensi JSS di SMAN 1 Negara. Meski dalam kurun waktu sekitar satu tahun lamanya setelah program JSS resmi digunakan, SMA terfavorit di Jembrana ini sama sekali belum mengaktifkan program ini untuk absensi kehadiran siswa dan guru, baik di ruang kelas, perpustakaan, maupun di UKS. Parahnya, beberapa komputer perangkat pendukung program ini sering kali dipergunakan untuk mengaplikasikan game, sampai ada beberapa komputer yang tidak dapat berfungsi lagi.

Dari pantauan Bali Bicara, ada hal menggelikan yang terjadi menjelang Lomba Perpustakaan Sekolah SMA Negeri Kabupaten / Kota se-Bali. Perangkat komputer pendukung JSS barulah diperlihatkan ke permukaan, seolah-olah absensi dengan kartu JSS itu sudah dijalankan. Padahal pada kenyataannya, absensi pengunjung perpustakaan masih dijalankan dengan sistem manual. Sementara, untuk kantin JSS sudah mulai diberlakukan di sekolah ini. “Meskipun program JSS sudah berjalan di sekolah ini, tapi itu belumlah optimal,”ujar Wakasek Urusan Kesiswaan SMAN 1 Negara, I Ketut Darmada, S.Pd., dalam suatu kesempatan.

Pengakuan lainnya muncul dari salah satu alumni SMAN 2 Negara. ”Kartu JSS sudah difungsikan sebagaimana mestinya untuk absensi siswa dan dilakukan secara efektif. Untuk kelas XII yang baru tamat ini, saldo sebesar Rp. 50.000,- dikembalikan lagi, sementara kartu dibawa masing-masing. Untuk sementara ini, kantin JSS belum ada di sekolah saya,” ujar narasumber yang enggan disebutkan namanya ini.

Beda dengan hal yang diungkapkan oleh Ayu Rista, siswi SMKN 3 Negara, ketika ditemui juga dalam sebuah kesempatan beberapa hari yang lalu. Saldo dalam kartu tersebut justru ditarik sebelum tamat SMA. ”Program JSS belakangan ini tiba-tiba macet. Dalam hal absensi maupun penerapannya di kantin juga belum diberlakukan efektif. Hanya perangkat komputernya saja yang ada. Sementara karena macet, saldo dalam kartu J-ID ini dikembalikan kepada siswa sebesar Rp. 30.000.-,” ujarnya.

”Setahu saya penerapan program JSS untuk absensi di sekolah sudah efektif, tapi di kantin belum jalan sama sekali. Hal itu mengingat ada beberapa kendala yang dihadapi seperti kartunya yang rusak dan gak bisa dipakai. Namun, tidak lama kemudian kartu JSS itu diperbaiki oleh kakak-kakak dari STITNA (pembuat program-red). Memperbaikinya pun perlu menyerahkan kartu keluarga lagi,” ujar Ni Made Payas Pradnya Utami, seorang alumni SMPN 4 Mendoyo.

Boleh dikata, untuk kantin sekolah yang dalam hal ini diusung dengan nama ”kantin kejujuran”, SMPN 1 Negara terlihat sudah berjalan dengan baik melaksanakan program tersebut. ”Kalau di sini sudah cukup berjalan dengan baik. Belanja di sini rata-rata sudah banyak yang menggunakan kartu debet J-ID. Bagi siswa yang belanja tidak menggunakan kartu, disarankan agar menggunakan uang pas. Kalau tidak bawa uang pas, ya harus ditukarkan terlebih dahulu di koperasi siswa. Begitu pula dalam mengisi saldo harus melalui koperasi sekolah. Dan uang pas itu lalu dimasukkan sendiri dalam sebuah kotak yang sudah tersedia di kantin. Namanya saja ‘kantin kejujuran’, jadi harus jujur. Tapi kami selaku OSIS tetaplah berjaga-jaga guna mengantisipasi apabila ada tangan jahil di kantin,” jelas Nanda Pebri Prasetia, Ketua OSIS SMPN 1 Negara.

Kendala JSS
Dalam hal absensi kehadiran siswa di SMP 1 Negara juga terhadang beberapa kendala. Berkaitan hal tersebut, Kepala SMPN 1 Negara I Ketut Budiarsa, S.Pd. memaparkan bahwa ada beberapa kendala yang dijumpai selama ini. ”Pertama, kelemahan pada sistem. Sering kali program JSS itu mengalami trouble. Artinya, pada saat serentak mengaktifkan komputer menggunakan kartu absensi JSS di kelas, tak jarang server-nya hank. Selain itu, sumber daya listrik kami di sini masih lemah. Para siswa di sini juga kurang bisa merawat kartu J-ID (nama kartu untuk siswa SMP-red) itu dengan baik. Sehingga, cenderung rusak dan perlu perbaikan. Masalah perbaikannya, kami sudah menghubungi tenaga pembuat program di STITNA. Kemudian dalam hal pengawasan, guru-guru pada saat jam pelajaran juga kurang mengarahkan.”

Ketut Budiarsa juga memandang bahwa program JSS belumlah sepenuhnya optimal dalam pelaksaannya.”Sistem IT tidak bisa direkayasa. Kami bersyukur adanya program tersebut. Sebab datanya sangat akurat. Pemkab sesungguhnya sudah melakukan trobosan yang bagus dalam dunia pendidikan itu terutama dalam konteks IT. Apalagi sudah menggelar pameran IT. Namun sangat disayangkan dalam hal pelaksanaan dan pengawasannya yang sangat kurang. Guru-guru juga sepertinya kurang rajin mengontrol apalagi mengarahkannya. Siswa pun juga begitu, kesadarannya kurang. Kalau kita menyalahkan pemerintah, saya kira itu keliru. Sebab, dalam hal optimalisasi perlulah kesadaran dan kebersamaan pihak yang bersangkutan,” sambungnya.

Program pemerintah J-ID ini mestinya mendapat dukungan dari segala pihak, terutama pihak sekolah sebagai penyelenggara. Namun, pihak pemerintah yang dalam hal ini sebagai pilot project mestinya memantau perkembangan pelaksanaan program ini. Mari tengok kembali program JSS itu ke lapangan!

Teks & Foto: Yuli Astari
Diposkan oleh bali bicara di 11:58

Tidak ada komentar:

Posting Komentar